FENOMENA YOUTH MIGRATION
Sejarah selalu menunjukkan bahwa perkembangan peradaban manusia di dunia ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting dan diantaranya adalah melalui perpindahan manusia itu sendiri dari satu tempat menuju tempat yang lain atau yang lebih dikenal dengan istilah migrasi. Secara tradisional, fenomena tersebut meneguhkan formula alam bahwa pada dasarnya manusia adalah “homo migration” atau makhluk yang dinamis, suka bergerak bebas atau berpindah-pindah untuk mencari sesuatu yang baru dalam melakukan aktifitas kehidupannya. Perpindahan merupakan bagian dari proses adaptasinya dengan lingkungan sosial, ekonomi, kebudayaan dan ekologi. Oleh karenanya, mobilitas penduduk dalam pelbagai wujudnya jarang mencerminkan adaptasi dalam pengertian yang sederhana.
Professor Stephen Castles (2007) dari Oxford University
Inggris menyatakan, bahwa saat ini kita memasuki ‘the age of migration’ atau era migrasi antar-negara. Fenomena ini
telah dipicu oleh derasnya arus globalisasi yang menjadi perantara perpindahan
manusia, misalnya murahnya biaya transportasi, semakin canggihnya modal
transportasi dan semakin maraknya kegiatan perdagangan internasional (Castles
2007).
Terbukti banyak faktor telah mempengaruhi kaum muda dalam
terjadinya proses migrasi ini, alasan utama kaum muda meninggalkan negaranya
adalah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, disamping itu faktor ekonomi,
faktor sosial
budaya, dan faktor kestabilan politik juga dapat mempengaruhi kaum muda untuk
melakukan migrasi. Sedangkan menurut Lee (1976) dalam Parnwell (1993), dorongan orang
untuk berpindah ke negara lainnya disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
faktor sosial ekonomi. Teori ini dinamakan teori push-pull factor. Lebih lanjut Lee
mengindikasikan empat faktor yang menjadi penyebab mengapa orang bermigrasi,
yaitu faktor yang tidak terdapat di negara
asal, faktor yang terdapat di negara tujuan, rintangan-rintangan yang
menghambat serta faktor-faktor pribadi.
Secara umum youth migration ke keluar negeri atau migrasi
internasioanl sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan transisi
demografi dalam suatu Negara. Dimana saat perekonomian Negara masih
tergolong terbelakang dan pertumbuhan penduduk masih tinggi kelebihan tenaga
kerja umumnya tidak dapat diserapkan oleh kegiataan ekonomi di dalam negeri.
Oleh karena itu, fakta-fakta
inilah yang menjadi salah satu alternative youth migration dalam pemecahan
masalah ketenagakerjaan disamping factor pemasukan devisa Negara dari kegiataan
migrasi penduduk ke luar negeri tersebut.
Manfaat VS Resiko
Jika berbicara masalah manfaat versus resiko yang dihadapi
oleh sebuah Negara ketika fenomena youth
migration terjadi, maka sebagaimana diketahui bahwa migrasi juga dapat bermanfaat,
karena bisa dianggap sebagai sebuah alternatif penerapan strategi mengurangi kemiskinan, terdapat kaitan yang erat antara migrasi dan kemiskinan. Migrasi bisa
dianggap sebagai sebuah alternatif strategi untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Migrasi, dengan pendapatan yang diperoleh darinya, juga mempunyai andil dalam
pengentasan kemiskinan, minimal di tempat asal para migran.
Migrasi
sementara dianggap sebagai satu cara untuk memaksimalkan pendapatan keluarga
dan meminimalkan risiko (Stark, 1991). Youth migration
sepertinya meningkat dan ada peluang untuk menggunakan strategi ini untuk
membantu memerangi kemiskinan
Sedangkan
resiko atau ancaman
terbesar dengan adanya fenomena youth
migration dari sebuah negara yang belum atau sedang dalam tahap perkembangan
adalah munculnya gejala brain drain.
Gejala brain drain berarti suatu negara
kehabisan tenaga ahli untuk mengurus negaranya sendiri karena orang-orang yang
mampu memilih meninggalkan negaranya sendiri. Sehingga yang tinggal di dalam
adalah orang-orang yang gagal dalam seleksi. Jika gejala youth migration ini tidak dicermati secara serius dan kemudian
disikapi dengan baik bisa saja akibat dari brain
drain dapat kita perkirakan dampaknya dari sekarang. Cukup beralasan jika youth migration yang keluar dari suatu
Negara dipandang sebagai pengurangan angkatan kerja potensial penggerak
pembangunan bagi Negara itu. Proses brain
drain dapat mengganggu dan memperlambat proses pembangunan wilayah.
Brain
drain
tidak hanya memunculkan masalah langkanya angkatan kerja penggerak pembangunan,
tetapi juga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dan akhir-akhir
ini semakin banyak para kaum muda yang profesional (orang-orang berpendidikan
tinggi, berbakat dan terlatih) terbaik negara-negara berkembang hijrah atau
meninggalkan negaranya yang miskin ke negara-negara maju (negara-negara
industri) seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia. Mereka itu
adalah para ilmuwan, informatisi (ahli ICT), arsitek, insinyur, akademi,
dokter, dan para ahli lainnya. Dimana peristiwa Brain drain ini merupakan kerugian besar
bagi negara yang ditinggalkan.
Karena salah satu faktor yang
menentukan kemajuan sebuah negara adalah tersedianya sumber daya manusia
berkualitas yang di butuhkan untuk
berbagai bidang baik itu di lembaga negara, pemerintahan, perusahaan,
sektor pendidikan, kesehatan, NGO atau di media massa. Tersedianya sumber daya manusia yang
berkualitas ini tidak lepas dari kehadiran sektor pendidikan yang bermutu.
Negara yang tidak memiliki sumber daya
alam, tetapi memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dari berbagai bidang
pengetahuan sangat cepat berkembang dibandingkan dengan negara yang berlimpah
sumber daya alamnya tetapi kualitas sumber daya manusianya rendah.
Memang telah kita ketahui bersama bahwa peristiwa brain drain ini membawa efek negatif
yang sangat besar, terutama bagi negara asal. Namun, ternyata ada juga efek
positif yang dihasilkan oleh peristiwa brain drain ini walaupun tidak sebesar
efek negatif yang dihasilkan.
a. Dampak negatif dari peristiwa brain drain.
Dampak negatif yang timbul dengan
adanya peristiwa
brain drain ini adalah:
1.
brain drain akan memperlemah struktur
ketenagakerjaan, dimana hal ini merupakan faktor utama penghambat industri
untuk maju. Sehingga pembangunan ekonomi negeri asal pun tidak berkembang,
2.
Semakin menurunnya produktivitas
tenaga kerja yang tinggal di negara asal dan faktor produksi lainnya
dikarenakan hubungan komplementer yang menguat,
3.
Brain drain berarti kerugian besar pada modal
sumber daya manusia. Apalagi umumnya yang diterima di luar negeri merupakan
sumberdaya berkualitas. Sementara keuntungan dari brain drain berpendidikan
tinggi bagi negara yang ditinggalkan sangat terbatas. Walaupun menikmati gaji
tinggi, mereka umumnya minim sekali mengirim uang ke negeri asalnya
dibandingkan emigran berpendidikan rendah. Ikatan mereka dengan negeri asalnya
juga mengendur,
4.
orang-orang terbaik yang hijrah ke luar negeri pasti akan
digantikan oleh para ekspatriat (dengan kemampuan yang sama) yang umumnya minta
bayaran berkali lipat lebih mahal. Yang terjadi selanjutnya adalah proses
inefisiensi perekonomian dalam negeri,
5.
Terjadinya brain drain bagi negara asal tentunya membawa
implikasi negatif yang tidak sedikit, seperti kondisi di mana kurangnya tenaga
terlatih dan terdidik dari suatu negara, serta terjadinya ketidakseimbangan
pertumbuhan ekonomi yang sulit untuk diprediksi. Selain itu, brain drain dapat
juga membawa pengaruh rendahnya kesejahteraan terhadap lingkungan, di mana para
tenaga terdidik tersebut berasal.
b. Dampak positif yang timbul dari
peristiwa brain drain.
Di sisi lain beberapa
negara berkembang kini telah mampu memanfaatkan kondisi brain drain menjadi reversed brain drain untuk kemajuan
negaranya, misalnya Cina dan India, dua “macan Asia” yang mempunyai konsentrasi
brain drain sangat tinggi. Brain
drain juga menimbulkan
dampak positif, yaitu :
1. Negara asal dapat turut memiliki
hasil-hasil penelitian yang dilakukan para migran di luar negeri, seperti
obat-obatan untuk daerah tropis, penelitian pertanian dll,
2. Alternative sumber investasi,
3. Penurunan tingkat unemployment,
4. Arus balik para migrant yang menetap sementara di luar
negeri dengan membawa pengetahuan dan keterampilan tambahan.
Tingginya laju arus tenaga ahli dari negara berkembang ke
negara yang lebih maju (brain drain)
menjadi salah satu alasan yang menunjukkan lemah dan kurang tepatnya strategi
kebijakan dan pandangan dalam menumbuhkan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi
secara adil dan memadai serta kebijakan-kebijakan yang kurang mendukung para
tenaga ahli. Dengan adanya dampak-dampak negatif dari peristiwa brain drain di atas, maka perlu adanya
usaha-usaha yang dilakukan negara-negara berkembang untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Sehingga arus brain drain diharapkan dapat ditekan
seminimum mungkin.
Langkah
Strategis
Untuk mengantisipasi fenomena
youth migration yang kemudian menimbulkan dampak adanya gejala brain drain, sejumlah langkah dapat
disiapkan, yaitu sebagai berikut:
Pertama, langkah yang mutlak adalah
pendidikan merupakan hal yang fundamental, pemerintah harus memperbaiki
kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang sehingga pembandingan dengan
pendidikan di Negara maju tidak lagi relevan. Perbaikan kualitas harus dimulai
dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Kedua, pemerintah mempercepat pembangunan
sehingga masyarakat di Negara berkembang bergerak menjadi masyarakat modern
yang membutuhkan banyak tenaga ahli. Ketersediaan lapangan kerja yang cukup
luas dapat membatasi gerak ke luar atau ke Negara maju.
Ketiga, upah/gaji disamakan, tidak ada
diskriminasi. Yaitu dengan membangun sistem remunerasi yang fair. Contoh paling
sederhana dan konkret, untuk posisi tertentu dengan tugas dan tanggung jawab
yang tertentu pula, tak perlu lagi dibeda-bedakan antara gaji (profesional
lokal) dengan gaji ekspatriat yang biasanya dibayar jauh lebih mahal. Karena
dengan sistem remunerasi yang baik, menurut berbagai penelitian, juga terbukti
mampu mendorong semangat kerja, memacu produktivitas, serta melecut kreativitas
karyawan di semua level organisasi.
Keempat, Kesiapan pemerintah menampung
mereka di segala bidang. Yaitu dengan menyiapkan sarana dan prasarana serta
fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh para tenaga ahli. Pemerintah harus
menyediakan kesempatan kerja di segala bidang, sehingga ilmu dan keterampilan
yang mereka dapatkan bisa diimplementasikan di negaranya sendiri dan tidak
sia-sia. Sehingga mereka tidak akan berpikir untuk lari ke luar negeri.
Kesimpulan
Banyak faktor-faktor yang telah mempengaruhi kaum muda dalam
terjadinya proses migrasi, ada beberapa manfaat dan resiko yang harus
ditanggung dengan adanya fenomena youth
migration, manfaatnya yaitu sebagai strategi mengurangi kemiskinan dan
ancaman atau resikonya yaitu terdapat gejala brain drain bagi negara berkembang.
Dengan adanya dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari
peristiwa brain drain di atas, maka pemerintah
di negara-negara berkembang perlu mengimplementasikan usaha-usaha diatas guna
mencegah dan mengatasi timbulnya efek negatif dari brain drain. Maka
dari itu penulis merekomendasikan langkah-langkah, Yaitu, mulai dari perbaikan pendidikan
merupakan hal yang fundamental, pembangunan, upah/gaji disamakan sehingga tidak
ada diskriminasi, dan pemerintah diharuskan menyiapkan sarana dan prasarana
serta fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh para tenaga ahli.
0 comments